Oleh : Nurdin
Indonesia sebagai salah satu negara mitra OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) rutin menorehkan hasil capaiannya dari pelaksanaan PISA (Programme for International Student Assessment) yang mengukur bagaimana capaian hasil pembelajaran di tiga ranah yaitu literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains untuk siswa dengan usia 15 tahun. Sebagai informasi pada tahun 2022 dari 81 negara mitra OECD, peringkat Indonesia berdasarkan hasil PISA, sebagai berikut.
Literasi membaca menduduki peringkat 71
Literasi matematika menduduki peringkat 70
Literasi sains menduduki peringkat 67
Miris melihat hasil yang dicapai tentunya, yang membuat kita berpikir apa sebetulnya yang menjadi penyebab utamanya. Apakah padatnya muatan kurikulum menjadi penghambat, kapasitas dan kualitas guru dalam pembelajaran, atau ada faktor lain yang belum terdeteksi hingga sekarang.
Sebagai guru, penulis memilih peningkatan hasil literasi matematika di sekolah dengan permasalahan yang kedua, yakni kapasitas dan kualitas guru dalam pembelajaran dengan fokus kepada bagaimana pembelajaran matematika dapat disampaikan dengan cara yang menyenangkan.
Mari kita memulai dengan pemahaman bahwa bagi sebagian besar siswa, matematika terlanjur diberi label sebagai pelajaran yang sulit dimengerti dan difahami. Konsep-konsep yang abstrak, cara guru menyampaikan pembelajaran, atau pengalaman negatif sebelumnya, dapat menjadi faktor penyebab siswa menganggap matematika itu sulit untuk difahami.
Melalui pendekatan yang tepat, cara penyampaian yang interaktif dan menyenangkan, serta dengan bantuan teknologi yang tepat, matematika dapat diajarkan dengan cara yang menyenangkan. Perbaikan tersebut di atas harus yang dilakukan dimulai dari jenjang pendidikan terendah yakni Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan pada jenjang pendidikan dasar ini konsep-konsep dasar matematika mulai diperkenalkan ke siswa dengan penggunaan benda-benda konkrit sebagai media utama di fase A; lalu seiring perjalanan waktu dan kematangan siswa, sedikit demi sedikit penggunaan benda-benda konkret tersebut mulai dikurangi hingga para siswa berada di fase C. Nah, pada fase C inilah pembelajaran matematika bisa dipadukan dengan penggunaan aplikasi pembelajaran matematika sebagai suplemennya. Harapannya, pembelajaran akan menjadi lebih menarik, interaktif, dan memberikan tantangan kepada siswa untuk lebih memahami secara mendalam konsep matematika yang dipelajarinya.
Merespon situasi sebagaimana digambarkan di atas, SD Labschool Cibubur pada tahun ajaran 2024-2025 melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika dengan tajuk “Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan.” Program ini diimplementasikan di kelas V dengan memanfaatkan aplikasi matematika interaktif, menggunakan teknologi, dan metode praktis untuk membuat pembelajaran matematika lebih menarik, efektif, dan menyenangkan. Untuk maksud tersebut SD labschool Cibubur bekerja sama dengan Platform Koo Bits sebagai pendamping atau suplemen pembelajaran matematika. Melalui platform ini setelah konsep-konsep dasar diberikan guru, siswa dapat memperdalam pemahamannya dengan mengakses latihan soal dengan berbagai tingkat kesulitan yang disusun bergradasi sesuai tingkat pemahaman siswa. Model-model latihan soal yang disajikan mengacu kepada tiga kurikulum yaitu Kurikulum Merdeka, Kurikulum Singapura, dan Kurikulum Cambridge. Menariknya, sajian latihan dalam platform ini disajikan dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Secara mandiri siswa dapat mengakses latihan mandiri dan video pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahamannya tentang materi pelajaran matematika yang sudah diajarkan guru di kelas. Tentunya dengan kolaborasi yang lekat antara pembelajaran di dalam kelas dengan penerapan teknologi melalui platform pembelajaran matematika yang tepat akan membuat matematika menjadi pelajaran yang menyenangkan untuk dipelajari.
Selamat menikmati pembelajaran matematika yang menyenangkan. Selamat bergabung dengan Labschool Cibubur.