Labschool Cibubur

Mendorong Tumbuhnya Pendidikan Inklusif di Labschool Cibubur – Sekolah Juara 

oleh: Ukim Komarudin

SD, SMP, dan SMA Labschool Cibubur adalah Sekolah Juara. Pemberian identitas lembaga ini dilakukan sebagai usaha sadar segenap pendidik yang menyiapkan wahana yang menempatkan para siswa sebagai subjek didik, yakni para siswa berperan sebagai pembelajar yang merdeka, yang berpeluang berkembang secara proses dan mencapai prestasi optimal, seunik apapun potensi dirinya. 

Di Sekolah Juara, para siswa diajarkan bersyukur atas segala keunikan yang Tuhan karuniakan padanya. Rasa syukur itu menolong dirinya untuk peka terhadap segala kelebihan atau kekuatan yang dimilikinya. Rasa syukur juga menolong dirinya untuk lebih fokus kepada setiap kelebihan daripada kekurangan yang ada.   Itu sebabnya para siswa berkesempatan mengembangkan beragam hal yang menjadi buah pikiran dan perasaannya, inisiatifnya, bahkan hal-hal yang bermula dari kayakinannya. Itu artinya, sekolah para juara menjadi jembatan bagi kemungkinan para siswa mengaktualisasikan dirinya sesuai keunikan atau kekhasan dirinya.  

Di Sekolah Juara, para siswa dikuatkan untuk jauh dari perasaan khawatir jika dirinya berbeda dengan yang lain karena lembaga berhasil membentuk iklim yang menghargai perbedaan setiap subjek didik. Keanekaragaman yang berserak di lembaga tempat dirinya belajar dimaknai sebagai karunia Tuhan yang memberi peluang belajar atas segala perbedaan. 

Sekolah Juara bertanggung jawab untuk menjadikan setiap subjek didik juara. Setiap subjek didik berpeluang menunjukkan kehebatannya dalam ekspresi kecerdasan spiritual, emosional, sosial, intelektual, dan kebugaran jasmaninya. Untuk itu, kesabaran dan ketelatenan menjadi dasar belajar dan kerja. Semua siswa diajak menyadari bahwa hasil belajar dan kerja cenderung berproses dan menghendaki kesabaran yang aktif. Pembelajaran dimaknai sebagai tantangan (challenge) untuk menumbuhkan kemampuan (capability) sehingga perasaan siswa sebagai subjek belajar yang merasa berdaya (passion) menjadi perhatian utama. Merasa diri berdaya (passion) menyebabkan siswa mampu menerjemahkan segala kesulitan, kekurangan, dan hambatan sebagai tantangan mencapai hasil terbaik sehingga bersedia menjalani proses seberat apapun. 

Demi memperkaya kualitas berpikir dan kelenturan dalam bergaul, sejak awal telah dikenalkan kepada cara berpikir dan bersikap yang tidak hanya rational calculative thinking, mereka juga diberi ruang seluas-luasnya bagi kesempatan mengembangkan authentic thinking, dan poetic thinking. Rational calculative thinking dimaknai sebagai pandangan memaknai beragam ciptaan Tuhan seperti benda, hewan, tumbuhan, dan makhluk lainnya tercipta dan berfungsi sebagai sarana mencapai tujuan tertentu. Dari sanalah orang akan mengidentifikasi permasalahan hidup dan mendapatkan alternatif solusinya. Rational calculative thinking dibingkai oleh perhitungan atau kalkulasi untung- rugi, efesiensi, dan efektivitas.

Sementara authentic thinking mengedepankan nilai-nilai (values) yang menjunjung tinggi toleransi, saling menghormati, saling percaya, dan melembagakan kesadaran, menghargai sikap dan tindakan, serta dapat memahami kemauan dan kepentingan pihak lain. Perbedaan pandangan merupakan keniscayaan, sehingga perbedaan tidak dibiarkan menjadi benih atau penyengat perpecahan. Perbedaan dijadikan sebagai bagian penting dari upaya memperkaya khasanah kebaikan. 

Adapun poetic thinking lebih mengedepankan empati terhadap keberadaan pihak lain. Empati tersebut diekspresikan dalam bentuk kemampuan menghayati kekuatan, kelemahan, dan kesulitan pihak lain. Sebagaimana authentic thinking, poetic thinking sama-sama mengedepankan suasana harmoni, tetapi berangkat dari pemahaman pada pihak lain. 

Di dalam pengayoman sekolah juara, beragam kesempatan, pemikiran yang diekspresikan dalam kegiatan yang tersedia, – baik berupa pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas-, merupakan sejumlah kegiatan unggulan bagi setiap siswa. Sejumlah kegiatan itu merupakan peluang bagi setiap individu untuk menjadi juara atas kebaikannya, kesungguh-sungguhannya, kecerdasannya, keberterimaannya di depan segenap warga sekolah, dan ekspresi autentik atas keseriusan dan kesungguh-sungguhannya dalam meningkat dan menjaga kebugaran berpikir, kehati-hatian bersikap, dan keyakinannya bertindak mencapai pribadi juara. Itulah sebabnya, di lembaga para juara sejumlah kesempatan mengekspresikan diri diberi luang yang seluas-luasnya dan segenap pilihan kebaikan yang mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang mencapai juara kebaikan. Pencapaian tersebut tumbuh dan terus berkembang karena setiap individu juara berpeluang memberi dan mendapatkan apresiasi karena kebaikannya.

Recent Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Share