Labschool Cibubur

Mengapa Labschool Cibubur Menjadi Pilihan yang Tepat Untuk Anak Anda

Oleh Ukim Komarudin

Manusia itu unik. Keunikan itulah yang menjadikan pendidikan tertantang mengembang segenap potensi yang dimiliki manusia. Setiap lembaga yang mengaku mengembang amanah pendidikan, tak pernah berani menyamaratakan manusia dalam memberikan perlakuan, sebab menyamaratakan perlakuan berarti mengabaikan manusia sebagai individu yang unik yang senantiasa memiliki keunggulan yang khas dan diciptakan sempurna oleh Tuhan Yang Mahakuasa. 

Oleh karena manusia itu unik, maka merupakan tindakan yang keliru apabila dalam pembelajaran menganggap satu stimulus bermakna bagi setiap individu. Keberhasilan guru menyediakan sejumlah stimulus yang memungkinkan beragam respons yang justru membantu siswa di dalam kelas yang terdiri atas beragam individu. Ketersediaan beragam stimulus itu menjadi alternatif bagi setiap siswa sehingga dirinya berhasil memberikan respons dalam pembelajaran. 

Kesadaran yang disampaikan di atas tumbuh di kalangan guru SD-SMP-SMA Labschool Cibubur. Itu sebabnya, dari sisi fasilitas tersedia beragam cabang ekstrakurikuler. Namun dari sisi pembelajaran secara holistik, dasar pemahaman tersebut dapat dijelaskan seperti di bawah ini. 

Keberhasilan siswa untuk mendapatkan informasi ditentukan oleh tiga tahapan proses yakni bentuk stimulus yang diterima, bagaimana stimulus itu diolah menjadi informasi, dan seperti apa bentuk informasi itu kemudian sebagai keluarannya. Pemahaman seperti ini mendorong setiap pendidik untuk fokus mempelajari bagaimana siswa mampu memproses beragam stimulus itu dengan sebaik-baiknya sehingga mampu mendapatkan makna dari informasi yang didapatkan  itu secara optimal. 

Adalah temuan Gardner yang berhasil menunjukkan bahwa manusia berkemungkinan memiliki lebih dari satu kecerdasan (multiple intelligence). Dari penelitian yang dilaksanakan bertahun-tahun dan dalam sampel yang cukup besar, Gardner menyampaikan bahwa ada sepuluh kecerdasan, yakni kecerdasan linguistik, logis-matematik, kinestetik, musikal, visual spasial, interpersonal, intrapersonal, naturalis, spiritual, dan moral. Dari temuan itu dipahami bahwa manusia memang sangat unik sehingga dalam menerima, mengolah, dan menghasilkan informasi pun akan beragam sesuai kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena realitas yang muncul kepada setiap manusia akan dimaknai berbeda oleh setiap individu. 

Atensi atau perhatian manusia atas rangsang lingkungannya cenderung beragam. Keragaman ini disebabkan karena beragamnya kepemilikan kecerdasan yang berakibat pada kecenderungan perbedaan ketertarikan. Rangsang lingkungan yang datang akan diproses dalam pengkodean (encoding), dikomparasikan (comparison) dengan pengetahuan yang lama, dan direspons sebagai upaya memilah data yang menurut setiap subjek berdasar kepentingannya. Dari situlah akan diketahui bahwa dari setiap individu akan berbeda pencapaian informasi yang didapat meskipun mereka mendapatkan dari sumber yang sama.

Berdasarkan hal di atas, tidaklah benar mengatagorikan individu lemah atau kurang akibat pengetahuan, pemahaman, atau keterampilannya pada bidang tertentu. Sebab setiap individu memiliki ketertarikan atas sesuatu yang berakibat kecenderungan mengoptimalkan pada bidang yang dirinya merasa sangat tertarik. Berdasarkan kondisi itulah setiap anak pada akhirnya memiliki keunikannya masing-masing. 

Keunikan atau kekhasan itulah yang mengkayakan komunitas manusia. Keunikan masing-masing individu itu yang membentuk keberagaman, bukan keseragaman. Keberagaman memungkinkan tumbuhnya pandangan, pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman. Sementara keseragaman menumpulkan kepekaaan, kemungkinan perbedaan, dan memampatkan pertumbuhan kreativitas. 

Dalam iklim sekolah juara, setiap individu adalah juara, minimal juara bagi dirinya. Itu sebabnya merupakan perilaku yang tidak adil apabila seorang guru atau orang tua memvonis kecerdasan anak dengan membandingkan dengan anak lainnya. Sebab yang mungkin dan baik dibandingkan adalah dirinya yang belum belajar dan dirinya yang sudah belajar. Pada proses perbandingan tersebut akan ditemukan seberapa jauh dirinya bertumbuh karena kesempatan belajar yang dialaminya. 

Sudah dijelaskan di atas bahwa setiap subjek atau individu adalah unik. Sudah selayaknya orang tua, guru, atau sekolah memahami dan memberikan ruang bagi pertumbuhan berbagai keunikan itu. Sekolah atau pembelajaran bertugas melejitkan keunikan itu menjadi juara di bidangnya masing-masing, bukan mempertandingkan mereka demi hadirnya pengakuan sebagai the winner atau the loser.

Orientasi pada winner and loser dengan membanding-banding skor di antara mereka tidak menjadi pilihan para guru sekolah para juara. Menang di antara kekalahan orang lain hanya memenangkan satu atau mengalahkan sebagian siswa dan menumbuhkan rasa sakit hati peserta didik lainnya. 

Dengan dasar bahwa setiap siswa memiliki keberagaman potensi, kondisi pembelajaran diarahkan pada sebesar-besarnya kondisi dan situasi menang bersama (win-win) sehingga membuat kemenangan itu langgeng karena dengan pemahaman dan pencapaian tersebut setiap anak menjaga kemenangan itu sendiri. Yang sangat penting dalam pembelajaran siswa juara adalah kesadaran guru menumbuhkan iklim bahwa setiap anak menganggap anak lain bukan sebagai pesaing (kompetitor) melainkan sebagai pelengkap (komplementor) bagi kemungkinan dirinya berkembang dari hari ke hari.

Semoga kita semua berkesempatan memberi layanan pendidikan terbaik bagi generasi kini dan mendatang. 

Recent Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Share