Oleh Ukim Komarudin
Berdoa adalah bagian keterampilan yang diajarkan di sekolah juara. Berdoa merupakan ekspresi cerdas memaksimalkan otak, sebab hanya otak yang memiliki tiga kapasitas kemanusiaan, yakni: rasional, estetis, dan spiritual. Manusia yang tidak berdoa setidaknya telah menelantarkan satu fungsi otak yang merupakan karunia tak terbatas dari Allah SWT, Tuhan Yang Mahakuasa.
Bagi seseorang yang sedang berikhtiar, kebiasaan berdoa telah menunjukkan kelengkapan strategi seorang manusia secara psikologis. Ia telah melakukan daya upaya seoptimal mungkin, setelah itu dirinya bertawakal dengan menyerahkan dirinya atas ketentuan Allah SWT yang maha mengatur segalanya.
Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.’’ (QS Ghafir [40]: 60).
- BUDAYA BERDOA
Kebiasaan berdoa merupakan perilaku cerdas yang melibatkan segala urusan kemanusiaan dengan Yang Mahamengatur alam semesta, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Kecerdasan yang dimaksud bukan hanya sebatas kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan spiritual yang meyakini bahwa setiap manusia memang diwajibkan berproses. Manusia dapat berusaha seoptimal mungkin tetapi setiap individu maupun lembaga percaya dengan seyakin-yakinnya bahwa ada Yang Maha Mengatur dan Maha Baik, yang memantaskan segala kualitas ibadah dengan anugrah yang diberikan kepada segenap hamba-Nya.
Kultur berdoa merupakan hasil dari pembiasaan berdoa. Di Sekolah Juara, sejak awal telah ditetapkan prosedur dan adab persiapan, pelaksanaan, dan ketika selesai berdoa. Artinya, telah ditetapkan mekanisme yang membantu setiap peserta didik maupun pendidik untuk melaksanakan berdoa dengan sungguh-sungguh. Beragam ketentuan ini telah dikenalkan semenjak peserta didik memasuki sekolah. Berdoa memang merupakan kegiatan privat, tetapi berdoa telah menjadi budaya yang wajib dijaga, dibina, dan ditingkatkan kualitasnya.
Pembiasaan berdoa dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas; di kala pembelajaran maupun pelatihan atau studi lapangan; di saat kegiatan ibadah di tempat-tempat suci, maupun di rutinitas kegiatan keseharian. Berdoa dikuatkan sebagai pembiasaan terpenting di kala setiap peserta didik mengalami proses pembelajaran, sehingga kala peserta didik dewasa dirinya telah terampil dan terbiasa berdoa menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa.
Sebagaimana pembangunan kultur disiplin, pembangunan kultur berdoa dimulai dengan pemahaman pentingnya berdoa kepada segenap peserta didik. Berdoa merupakan sebuah kebutuhan karena dengan berdoa seseorang memiliki kekuatan ganda untuk mencapai cita-citanya, yakni sesuatu yang bisa diraih dengan kekuatan akal serta daya upayanya secara ilmiah maupun alamiah, dan satu lagi adalah dengan kekuatan yang Maha memiliki kekuatan dan semua tunduk pada kodrat dan iradhat-Nya.
Teknis berdoa yang baik yang dan dimungkinkan ijabah diajarkan secara syariah maupun ilmiah. Selain adab, syarat, dan rukun berdoa, dikenalkan juga proses ritualnya secara ilmiah. Berdoa, yakni fokusnya kekuatan pikiran yang dijadikan sebagai kekuatan abad ini, diekspresikan dalam bentuk afirmasi positif dan visualisasi positif. Mekanisme afirmasi dan visualisasi positif dilatihkan sampai akhirnya dapat dimaknai berdoa sebagai sebuah strategi ilmiah yang berbasiskan spritualitas.
- BUDAYA MENDOAKAN ORANG LAIN
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.
‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
Seiring pembiasaan berdoa untuk diri dan lembaga, pembiasaan mendoakan orang lain juga dilakukan secara simultan. Insan yang senantiasa berdoa adalah insan yang menggantungkan dirinya hanya kepada yang Maha Pencipta, sedangkan orang yang senantiasa mendoakan orang lain merupakan wujud insan yang peduli dan sayang kepada sasamanya.
Pembiasaan mendoakan orang lain menghilangkan batas-batas (barrier) yang semestinya tak pernah ada. Siswa SD dibiasakan mendoakan kakak-kakaknya yang SMP dan SMA. Demikian pula siswa SMA mendoakan Siswa SD dan SMP. Demikianlah seterusnya siswa Labschool Cibubur terbiasa mendoakan kesusksesan siswa Labschool pada umumnya.
Pembiasaan ini diharapkan terus bergerak meretas jarak antarbenua. Siswa Labschool Cibubur dibiasakan mengirim simpati dan kekuatan doa, serta serba sedikit bantuan untuk anak-anak di Palestina, Syiria, dan tempat-tempat lain yang diketahui mengalami tragedi kemanusiaan, terutama kesedihan dan kesengsaraan yang menimpa anak-anak.
Kultur mendoakan anak-anak yang mengalami nestapa di negeri seberang sana telah mampu melepaskan pertimbangan agama, negara, bangsa, warna kulit, dan seterusnya. Yang tumbuh di hati anak-anak adalah rasa empati dan duka yang mendalam ketika ada kesedihan menimpa saudaranya di belahan bumi yang lain.