Oleh Ukim Komarudin
Setiap sekolah yang berkeinginan membangun budaya sekolah yang bermartabat, langkah awal yang dilakukan adalah membangun bagian terpenting, yakni sistem nilai. Bagian ini menjadi dasar tolak pembangunan unsur budaya yang lain. Apabila unsur utama ini terbangun dengan baik, maka akan baik dan berkembang pula unsur budaya lainnya. Sebaliknya, apabila unsur utama ini belum terbangun apalagi terbengkalai, maka sulit untuk membangun unsur budaya berikutnya. Andai pun ada, perilaku yang ada hanyalah kegiatan yang bersifat insidental, tumbuh sporadis, dan tidak memiliki akar tradisi. Budaya seperti itu, andai pun ada hanyalah bersifat selera pimpinannya. Biasanya, budaya seperti itu tumbuh rapuh, sebab akan datang dan pergi sesuai selera siapa saja yang menjadi pimpinannya.
Membangun bersama peradaban di sebuah komunitas, dapat dimulai dengan membangun sistem nilai. Untuk menjelaskan pentingnya pembangunan sistem nilai, pembicaraan dapat diawali dengan persoalan pengetahuan masyarakat awam tentang sesuatu yang paling berpengaruh terhadap lembaga, setelah figur, yakni sistem.
Masyarakat menyaksikan bahwa setiap sekolah memiliki corak ragam yang berbeda dan prestasi yang berbeda-beda pula. Meski memiliki kesamaan status -umpamanya sama-sama sekolah negeri atau sama-sama sekolah swasta- ternyata setiap sekolah yang memiliki perbedaan dalam pengelolaan, mengalami perbedaan pula dalam perkembangannya.
Sebagian masyarakat beranggapan bahwa perbedaan perkembangan itu disebabkan oleh figur pengelolanya. Anggapan seperti ini didasarkan pada kenyataan sebagian sekolah yang mengalami pergantian kepala sekolah, umpamanya, mengalami pula pasang surut perkembangan dan peningkatan sekolah itu.
Anggapan seperti itu tidaklah salah, meskipun tidak pula tepat adanya. Ada bagian yang lebih krusial dibandingkan dengan satu sosok atau figur dalam pembangunan kualitas sebuah sekolah. Ketergantungan hanya pada satu sosok membuat lembaga itu tergantung pada pribadi-pribadi secara personal. Padahal lembaga yang kokoh merupakan lembaga yang tidak tergantung pada pribadi pengelola, sebab satu dua gelintir personal yang sedang mengemban amanah hanyalah satu unsur dari keseluruhan unsur yang menjadi bagian dari sistem. Dengan demikian, yang mesti menjadi perhatian utama adalah pembangunan sistem, terutama sistem nilai yang menjadi ruh lembaga tersebut.
Untuk menjelaskan pembangunan sistem nilai di sekolah, terlebih dahulu dijelaskan bagian-bagian yang terkait. Hal ini dianggap penting mengingat pemahaman atas bagian-bagian dari sistem nilai merupakan upaya awal dari pembangunan sistem nilai. Kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasi, memilah dan memilih, serta akhirnya menetapkan nilai-nilai yang menjadi kekayaan suatu lembaga. Nilai-nilai tersebut tidak dibiarkan begitu saja, melainkan dirangkai dalam suatu kesatuan yang khas yang akhirnya menjadi sistem nilai di sebuah lembaga. Untuk sampai pada sistem nilai, nilai-nilai yang ada didukung dan dilindungi oleh norma melalui kewenangan pimpinan lembaga. Di bawah ini beragam perangkat sistem nilai tersebut dijelaskan satu persatu.
a. Nilai
Nilai merupakan refleksi penetapan kepentingan, kebaikan, dan kebenaran yang dianut. Ini artinya, nilai-nilai suatu sekolah diidentifikasi, dirumuskan, dan ditetapkan sebagai landasan yang dianggap paling penting mendukung beragam aktivitas sekolah. Ia menjadi arah penentu peri kehidupan lembaga dan menjadi tuntunan moral bagi pembinaan dan peningkatan sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas, nilai-nilai yang dianut bisa berbentuk:
- Kedisiplinan, yang diekspresikan dalam ketaatan dalam belajar dan bekerja yang penuh kesadaran;
- Kreativitas, yang diekspresikan dalam semangat individu maupun kelompok dalam berinovasi;
- Semangat mengutamakan mutu dan produktivitas;
- Profesionalitas, yang dimaksud mengerti apa yang harus dikerjakan dan mengetahui betul bagaimana mengerjakannya;
- Proaktif, yakni tanggap dan tidak menunggu perintah;
- Jiwa pelayanan ikhlas, ramah tamah, bekerja dengan hati;
- Kerjasama, yakni semangat saling menopang demi kemajuan bersama;
- Adaptif, senantiasa belajar dan berkembang secara positif sesuai tuntutan zaman;
- Tabah yakni tidak kenal putus asa dalam belajar dan bekerja;
- Menghargai waktu; dan seterusnya.
Bentuk rumusan nilai sebagaimana di atas bisa lebih banyak dan beragam lagi teridentifikasi, terpilih, dan ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu karena pertimbangan yang matang, yakni: dianggap penting, dianggap baik, dan dianggap benar untuk ditetapkan sebagai suatu nilai bagi lembaga tersebut.
Norma
Bagian berikut dari sistem nilai adalah norma. Norma dapat dimaknai aturan atau kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur penilaian. Norma juga dipahami sebagai aturan yang mengikat, sehingga menjadi panduan, tatanan, dan kendali tingkah laku individu dalam suatu komunitas. Seluruh peraturan yang diterbitkan harus dijiwai oleh nilai-nilai yang disepakati bersama sebagai tuntunan dalam bersikap dan berperilaku.
Kekuatan sebuah aplikasi nilai terletak pada atmosfer yang memberi kemungkinan setiap individu maupun kelompok dapat melakukan aktivitas sesuai nilai yang berlaku. Sadar akan hal tersebut, setiap lembaga biasanya membuat norma tertulis maupun yang bersifat konvensi yang menjadi panduan dalam bertingkah laku di dalam komunitas. Salah satu contoh norma tertulis di bawah ini.
Lima Panduan Hidup di Labschool | Five LifeLong Guidelines of Labschool | |
1. | Mengerjakan sesuatu dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing | Personal Best, to do one’s best given the circumstances and available resources |
2. | Bertingkah laku sedemikian rupa sehingga semua orang disekitar dapat mempercayai perkataan dan perbuatannya | Trustworthiness, to act in a manner that make one worthy and confidence |
3. | Mendengarkan dengan mata, telinga, dan dengan sepenuh hati | Active Listening, To listen attentively and with intention to understand |
4. | Tidak pernah menggunakan kata-kata, tindakan atau bahasa tubuh untuk merendahkan orang lain | No Put Downs, to never use words, actions, and or body language that degrade, humiliate, or dishonor others |
5. | bertindak dan berkata jujur menjadi tanggung jawab masing-masing anggota komunitas | Truthfulness, to act with personal responsibility and mental accountability |
Nilai-nilai yang dianggap penting, dianggap baik, dan dianggap benar akan melekat dalam kehidupan individu maupun komunitas, apabila norma yang menjadi wahana bagi aplikasi nilai-nilai luhur tersebut mengikat hati anggota komunitasnya. Salah satu prasyarat terjadinya kelekatan hati apabila sosialisasi maupun pembinaan anggota dilakukan dalam kegembiraan. Tindakan ini dilakukan dengan harapan norma yang berlaku diterima seluruh civitas akademika dengan kesadaran dan kebahagiaan.
Salah satu upaya sosialisasi dan pembinaan norma dilakukan oleh sekolah dengan memperhatikan kelekatan individu maupun kelompok dengan norma yang ada adalah dengan menyanyikan norma itu dalam beragam forum, sehingga pengulangan isi norma yang berlaku dapat tersampaikan berulang-ulang dan terjadi dalam suasana penuh kegembiraan. Berikut salah satu contoh lagu dimaksud.
- Wewenang
Demi menjaga keutuhan lembaga, dibutuhkan kemampuan atau kedaulatan hukum yang mengayomi norma yang ada. Terkait hal itu, kepemilikan wewenang yang biasanya melekat pada segenap pimpinan dapat menjaga nilai-nilai yang ada dengan mengukuhkan norma yang berlaku menjadi bagian terpenting.
Berdasarkan permasalahan di atas, wewenang dalam hal ini dapat dimaknai sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dengan kata lain, wewenang merupakan kekuasaan yang sah untuk melaksanakan peranan sesuai dengan jabatan untuk mewujudkan harapan-harapan selaras dengan budaya komunitas di lembaga tersebut. Dengan adanya wewenang pula, pimpinan memiliki dasar pijak yang kuat untuk memasyarakatkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada untuk dijadikan pegangan dalam lingkup kehidupan sehari-hari.
Langkah nyata tindakan wewenang biasanya berupa teguran kepada anggota komunitas yang tidak turut dalam kegiatan lembaga atau tindakan tegas terhadap seseorang atau kelompok yang melakukan perilaku menyimpang. Namun demikian, ada yang sebenarnya lebih akurat dilakukan oleh pimpinan di sekolah dibandingkan dua hal diatas. Tindakan nyata tersebut adalah memberikan teladan kepada setiap anggota komunitas di sekolah bahwa apa yang telah ditetapkan sebagai norma dijalankan dengan sungguh-sungguh oleh pimpinan sekolah, sehingga kepala sekolah bersikap sebagai model pelaksana norma yang baik. Sebagai contoh: Norma personal best, to do one’s best given the circumstances and available resources (mengerjakan sesuatu dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing) akan menjadi sangat aplikatif melalui tindakan nyata kepala sekolah dalam kegiatan keseharian. Menyalami setiap guru dan siswa di pagi hari, sebelum siswa memasuki kelas dan memulai mata pelajaran merupakan tindakan nyata menjaga norma sekolah. Pihak kepala sekolah datang lebih dahulu dibandingkan guru dan siswa akan menunjukkan penegakan norma personal best karena datang in time menyambut semua warga sekolah, memberi senyuman, manyapa, dan menyalami merupakan tindakan yang multifungsi. Pertama, dengan tindakan itu guru, karyawan, maupun siswa merasa disambut dan dihargai kedatangannya. Kedua, pihak pimpinan dapat melakukan tindakan control kepada semua pihak menyangkut: kehadiran, kelengkapan atribut, dan kerapian pakaian dari seluruh warga sekolah.
Demikian pula kegiatan-kegiatan lain dapat dilakukan oleh pimpinan sekolah dengan melakukan tindakan nyata seperti di atas. Kegiatan Lari Pagi Jumat adalah contoh lain dari upaya menegakkan norma Personal Best, to do one’s best given the circumstances and available resources (mengerjakan sesuatu dengan sebaik mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing), Trustworthiness, to act in a manner that make one worthy and confidence (Bertingkah laku sedemikian rupa sehingga semua orang disekitar dapat mempercayai perkataan dan perbuatannya) dan Truthfulness, to act with personal responsibility and mental accountability (bertindak dan berkata jujur menjadi tanggung jawab masing-masing anggota komunitas).
Datang lebih pagi daripada biasanya untuk kepentingan berolahraga, kemudian aktif dan memberikan contoh langsung pentingnya berolahraga meski harus datang lebih pagi merupakan upaya pemberian keteladanan. Tindakan ini merupakan perbuatan terpuji yang memberikan dampak baik meski sejatinya merupakan upaya menegakkan norma yang ada di sekolah.
Kegiatan-kegiatan lain yang di dalamnya merupakan “kesengajaan yang tak disengaja” dari upaya mengawal norma sekolah dapat dilakukan oleh pimpinan sekolah. Kegiatan tersebut apabila disebutkan satu persatu, antara lain: datang tepat waktu di kala rapat, memulai dan mengakhiri tepat waktu apabila mengadakan pertemuan, senantiasa hadir di semua kegiatan yang telah diprogramkan, menjadi teladan dalam kegiatan shalat berjamaah atau beragam kegiatan keagamaan lainnya, menyempatkan datang dalam perayaan atau musibah yang terjadi pada guru atau siswa, menunjukkan sikap dan cara berpakaian yang baik, dan sejumlah kegiatan lain yang pada dasarnya merupakan upaya mengawal norma sekolah bukan melalui tindakan reward dan punishment tetapi melalui sikap keteladanan.
- Ganjaran
Aplikasi nilai dan norma yang berlaku dalam suatu komunitas akan menghadapi dua reaksi, yakni pro dan kontra. Terhadap yang pro atau mendukung, pimpinan memberikan imbalan secara wajar dan adil baik bersifat finansial maupun non finansial. Sebaliknya, terhadap yang kontra, pimpinan memberikan sanksi dengan perlakuan mulai dari teguran, peringatan, sampai pada hukuman atau sanksi proporsional (pemotongan transport, dan lain-lain). Dengan kata lain, ganjaran bisa merupakan perhatian terhadap dua kejadian yang bertolak belakang kondisinya. Dapat berupa imbalan dalam bentuk penghargaan atas seseorang atau kelompok yang meraih prestasi atau bisa juga berupa hukuman atas seseorang atau kelompok orang yang berkinerja buruk.
Di bawah ini dicontohkan pemberian imbalan atas jasa seseorang atau kelompok yang telah menegakkan norma sekolah. Khusus terhadap para siswa, imbalan tersebut berupa pin khusus dengan sebutan Labstar yang bermakna bintang bagi Labschool. Artinya, penerima Labstar tersebut telah memberi yang terbaik bagi Labschool, sehingga sudah sewajarnya diri yang berprestasi terbaik itu (personal best) mendapatkan penghargaan dari Labschool berupa Labstar.
Dalam penafsiran yang lebih luas, pin disampaikan kepada seseorang yang dinilai telah mampu menjaga dan mengamalkan Panduan Hidup di Labschool, yang tercantum dalam Five lifelong Guideline in Labschool, yang terdiri atas: personal best (berprestasi sebaik mungkin), trustworthiness (menjadi yang terpercaya), active listening (berupaya menyimak dengan mata, telinga, dan hati). No put down (tidak merendahkan orang lain), dan truthfulness (menjadi seseorang yang senantiasa berpikir dan bersikap benar).
Memperhatikan Five lifelong Guideline di atas, ada banyak peluang untuk berbuat baik, bahkan menjadi yang terbaik di sekolah. Artinya, dalam kondisi yang kondusif itu akan diterjemahkan oleh seluruh siswa bahwa ada banyak peluang untuk mendapatkan Labstar. Seseorang yang belum bisa memberikan prestasi kejuaraan, bisa memberikan yang terbaik melalui kejujurannya (trustworthiness). Jika itu belum, ia pun bisa menjadi insan yang bersedia mendengarkan dengan baik apabila guru, teman-teman, atau adiknya bicara di depan forum kelas atau lainnya (active listening). Apabila hal itu sulit, mungkin dirinya bisa menjadi teman yang baik, yang selalu menghargai kakak kelas, teman, maupun adik kelasnya (no put down). Alangkah baiknya apabila diri setiap siswa pernah mendapatkan sebutan atau dikenal sebagai orang menjunjung tinggi kebenaran (truthfulness).
Demikianlah beragam sistem nilai itu saling menjalin satu sama lain, sehingga menjadi kesatuan yang utuh sebagai sistem. Oleh karena setiap komponennya tak bisa dipisahkan satu sama lain, maka perhatian dan pembinaannya hendaknya dilakukan secara simultan dan terpadu. Sebagai sistem, satu bagian yang lemah akan mempengaruhi bagian yang lainnya. Umpamanya: nilai-nilai yang baik tidak mungkin berdiri tanpa pembangunan norma sekolah yang menjadi wahananya. Demikian pula norma yang baik dan kokoh tidak mungkin langgeng tanpa dukungan pemegang kewenangan yang dapat melindungi dan memelihara normanya. Yang tak lebih penting juga terletak pada ganjaran. Dengan ganjaran, setiap warga sekolah mendapat kejelasan tentang penegakan norma, sehingga setiap diri maupun kelompok memiliki kesamaan pemahaman akan kedaulatan hukum sebagai upaya menjaga sistem sekolah yang dianggap penting, baik, dan benar karena diyakini akan menyebabkan sekolah semakin berkualitas.
Kelangsungan suatu lembaga sangat ditentukan oleh kematangan karakter, kredibilitas, integritas, managerial skill, kualitas moral dan kualitas kecerdasan spiritual para pemimpin puncaknya. Karena telah terbukti bahwa salah satu faktor penentu kelangsungan suatu lembaga adalah faktor karakter dan tata nilai (value and character). Tengoklah perusahaan Astra Internasional, Disney, dan perusahaan-perusahaan besar lainnya yang sampai saat ini tetap berkibar. Salah satu yang mereka percayai dan anut adalah pembangunan tata nilai/value ini merupakan aspek strategis bagi lembaga yang ingin tetap berprestasi di tengah krisis. Oleh sebab itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Steven R. Covey menguatkan tentang pentingnya karakter, yakni Kredibilitas ibarat sebuah pohon yang kokoh, integritas merupakan akar yang sangat kuat, niat sebagai batang bawah yang meneruskan kuatnya akar, kapabilitas sebagai dahan-dahan yang memberikan kesejukan sekaligus tempat tumbuhnya buah dan reputasi merupakan buah yang menjadi representasi hasil. (Steven R. Covey dalam Gunawan)
Penting diperhatikan apa yang disampaikan Moss and Hue Organization Development (Tjahjono: 2011) yang dalam penelitian dan pemetaannya terhadap 700 perusahaan menemukan bahwa perusahaan-perusahaan tersukses justru perusahaan yang menjalankan aktivitasnya digerakkan oleh nilai-nilai organisasi. The most successful companies are values driven companies. Secara garis besar prinsip-prinsip dasar dari sebuah values driven companies adalah:
- Values drive culture
- Culture drives Employee Fulfillment
- Employee Fulfillment drives Customer Satisfaction
- Customer Satisfaction drives Stakeholder Values.
Skema di atas menunjukan betapa pentingnya nilai-nilai dalam mencapai tujuan organisasi. Betapa pentingnya pengelolaan atas nilai-nilai tersebut, selain menumbuhkan kepuasan pada user atau pengguna jasa layanan juga memberi makna mendorong tercapainya cita-cita lembaga.