Oleh Ukim Komarudin
Guru maupun siswa merupakan kunci keberhasilan layanan pendidikan di suatu sekolah. Faktor utama yang menentukan baik-buruknya layanan pendidikan adalah bukan semata-mata guru yang berkualitas, melainkan juga siswa yang siap menerima layanan pembelajaran. Pengabdian guru dengan totalitas yang kuat, dalam arti sarat dengan integritas dan antusiasme yang tinggi cenderung akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Sebaliknya, lemahnya komitmen dan kesungguhan guru sebagai insan pembelajar, yang berakibat menurunnya layanan terhadap peserta didik merupakan awal mula melemahnya layanan pendidikan. Demikian pula dengan siswa yang siap belajar berdampak besar terhadap kesuksesan pembelajaran, sementara rendahnya motivasi dan kesungguhan belajar menyulitkan guru mengoptimalkan kesungguh-sungguhannya menumbuhkan dan meningkatkan potensi siswa.
Berdasarkan hal itu, penting bagi setiap insan pembelajar, -baik guru maupun siswa- untuk berusaha memahami pentingnya proses pembelajaran yang berkualitas yang dapat menumbuhkan pribadi-pribadi juara.
Kriteria pembelajar yang yang berkualitas dapat diperhatikan dari kehadiran (attendance), perilaku (Attitude), dan prestasinya (Achievement).
Attendance (Kehadiran)
Kehadiran yang dimaksud pada kata attendant bukan semata hadir ragawi, melainkan juga jiwanya. Seorang guru maupun siswa yang baik senantiasa hadir dengan semangat yang tinggi sebagai bukti kesungguh-sungguhannya. Ia senantiasa hadir tepat waktu di kelasnya dan setia pada tanggung jawabnya.
Kehadiran guru merupakan prasyarat awal suksesnya pembelajaran. Guru yang hadir di kelas hingga dapat melakukan pengelolaan kelas pembimbingan terhadap tiap individu. Sebaliknya, melemahnya mutu pendidikan dimulai dengan dominannya guru yang absen atau lalai, sehingga pembelajaran tidak dapat terlaksana secara optimal. Absennya guru juga ditengarai sebagai awal mula gagalnya peserta didik, karena ketidakhadiran atau kelalaian guru yang meninggalkan kelas akan menyebabkan siswa mengalami defisit kegiatan pendidikan. Kekosongan tersebut dapat mengakibatkan banyak hal, termasuk tindakan siswa yang membahayakan dirinya dan orang lain. Bahkan, dari beberapa penelitian di Jakarta, kenakalan siswa dimulai akibat ketidakhadiran guru dalam pembelajaran di kelas atau di luar kelas.
Demikian pula kehadiran siswa sangat penting bagi guru dan diri siswa sendiri. Guru yang berpribadi baik mengalami kesulitan ketika terdapat siswa yang tidak hadir, apalagi cenderung tidak hadir. Target dan daya serap pembelajaran terganggu karena sejumlah siswa yang tidak hadir dan mempengaruhi hasil belajar.
Yang lebih penting terkait dengan kehadiran (attendance) sebenarnya adalah intensitas penumbuhan karakter. Seringnya absen menyebabkan siswa tidak mampu menyerap secara utuh situasi dan kondisi pembelajaran yang mengundang dirinya larut dalam penumbuhan karakter bersama. Kondisi yang disiapkan guru yang secara sengaja maupun tidak disengaja diharapkan menyebabkan terjadinya peningkatan kualitas perilaku akibat dari pembelajaran yang bermakna. Faktor terpenting inilah yang sulit dikejar dibandingkan dengan sejumlah skor capaian akademik yang dapat ditempuh melalui susulan layanan.
81
Attitude (Sikap)
Hadirnya guru merupakan syarat stabilitas kelas. Namun, kondisi kelas yang stabil juga tak sebatas aspek lahiriahnya. Kondisi batin peserta didik pun harus tetap terjaga, sehingga fitrah anak sebagai insan suci yang patut mendapatkan keteladanan dari orang dewasa di sekitarnya tetap menjadi perhatian utama. Sehingga, patut kiranya menjadi perhatian utama bahwa keutamaan hadirnya orang dewasa di dalam kelas adalah orang-orang yang memiliki attitude yang mulia.
Lemahnya attitude seorang guru bisa mengakibatkan sikap peserta didik menyimpang ke arah negatif. Pemikiran yang terekspresikan dalam ucapan dan tingkah laku guru akan menjadi model bagi peserta didik. Selain itu, lemahnya attitude guru juga tercermin dari ketidakberdayaan guru meluruskan perilaku siswa yang mengarah pada pelanggaran kedisiplinan atau hal-hal yang membentur etika. Ketidakberdayaan yang terekspresikan pada sikap pembiaran atas beragam pelanggaran merupakan attitude buruk seorang guru, sebab seorang pendidik tidak boleh merasa nyaman atas beragam pelanggaran yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya memperbaiki beragam kesalahan yang dilakukan siswa.
Kondisi yang ideal adalah guru dan siswa bertumbuh bersama dalam attitude sang juara. Guru hadir dengan perilaku yang sarat akan keteladanan, sementara siswa terdidik siap menjalani proses panjang demi capaian hasil yang ditargetkan. Kesediaan berproses merupakan titik temu yang memudahkan komunikasi kreatif penyelesaian beragam permasalahan dalam pembelajaran. Yang lebih penting dan bermakna, kesediaan berproses merupakan tabungan beragam kemungkinan keberhasilan.
Achievement
Andai kehadiran guru sudah terpenuhi dan perilakunya pun dapat menjadi suri tauladan, maka sungguh merupakan anugerah yang luar biasa bagi peserta didik apabila guru tersebut juga berprestasi. Sebab, sungguh besar pengaruh guru berprestasi pada lembaga maupun pada peserta didiknya. Prestasi seorang guru dapat menginspirasi segenap rekan kerja maupun peserta didik.
Prestasi kerja juga dapat menumbuhkan rasa bangga pada diri, sesama pengajar, maupun segenap warga sekolah tempat insan berprestasi itu mengabdi. Keberhasilan guru berprestasi biasanya mampu menularkan hasrat berprestasi kepada yang lain.
Biasanya, apabila guru dan siswa telah memiliki kehadiran (attendance) dan sikap (attitude) yang memadai, maka prestasi (achievement) hanya menunggu waktu, sebab jembatan atau modal dasar menuai prestasi telah dimiliki. Oleh karena itu, ketiga hal di atas, yakni attendant, attitude, dan achievement tidak bisa dipisah satu sama lain. Ketiganya saling kait – mengait membentuk kualitas guru dan siswa yang ideal.
Kita tidak bisa mengatakan seorang guru atau siswa berprestasi apabila dirinya tidak pernah hadir di sekolah dan rawan berperilaku buruk. Kita juga tidak bisa menyatakan seorang guru berperilaku baik dan mengaku berprestasi apabila sering absen karena ada keperluan yang menurutnya lebih penting daripada tanggung jawabnya hadir di sekolah.
Kita bisa memaklumi apabila seorang guru atau siswa belum berprestasi. Prestasi yang diharapkan sesungguhnya hanya tinggal menunggu waktu karena dirinya senantiasa hadir di kelas memenuhi tanggung jawabnya, dan ia pun memiliki perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai insan pendidik dan peserta didik.